Inflasi Jakarta dalam empat tahun terakhir masih berfluktuasi di tahap yang cukup rendah. Pada tahun 2019, harga sebagian besar komoditas cenderung moderat sehingga tingkat inflasi cukup rendah, berkisar diantara 0,14%-0,59%. Di tahun 2020 ketika COVID-19 masuk, inflasi hanya mencapai 0,01%-0,33%. Periode 2020-2021 ditandai dengan rendahnya transaksi ekonomi masyarakat. Memasuki triwulan IV 2021 sampai 2022, ekonomi masyarakat mulai mengalami peningkatan.
Inflasi di Jakarta selama April 2022 mencapai 0,70%, menjadi level tertinggi inflasi di masa pandemik. Kenaikan inflasi pada bulan April jauh lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama pada tahun 2019 (0,40%), tahun 2020 (0,29%), dan tahun 2021 (0,08%).
Pendorong inflasi periode ini berasal dari faktor domestik dan global. Menjelang perayaan hari raya keagamaan, terdapat kecenderungan peningkatan konsumsi terhadap komoditas tertentu khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta. Hal ini yang menyebabkan inflasi di tingkat domestik, sedangkan kenaikan harga komoditas energi dan pangan dunia turut meningkatkan nilai inflasi.
Delapan kelompok pengeluaran memberikan andil yang cukup besar bagi laju inflasi di Jakarta. Andil yang diberikan berkisar diantara 0,07%-2,40%. Inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi diikuti kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,65%, sedangkan kelompok kesehatan mengalami inflasi terendah sebesar 0,07%.
Inflasi terbesar berada pada kelompok transportasi. Naiknya harga minyak dunia menyebabkan terjadinya penyesuaian tarif pertamax, sehingga terjadi inflasi pada komoditas bensin. Adanya hari libur nasional selama Idul Fitri serta pelonggaran mobilitas masyarakat turut menyebabkan tingginya konsumsi BBM dan permintaan jasa transportasi seperi angkutan udara dan kereta api.
Kenaikan harga bahan makanan menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Bahan makanan seperti daging ayam ras, minyak goreng, bayam, udang basah, bawang merah, dan nasi dengan lauk yang mengalami kenaikan harga. Hal ini terjadi akibat keterbatasan pasokan akibat banyaknya permintaan selama bulan Ramadhan dan menjelang lebaran. Bahan-bahan tersebut memang kerap terdampak inflasi jelang lebaran.
Umumnya seluruh kelompok pengeluaran mengalami inflasi pada periode ini. Berikut inflasi yang terjadi pada masing-masing kelompok pengeluaran.
- Makanan, minuman, dan tembakau (↑1,65%)
- Pakaian dan alas kaki (↓0,91%)
- Perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (↑0,17%)
- Perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (↑0,26%)
- Kesehatan (↑0,07%)
- Transportasi (↑2,40%)
- Informasi, komunikasi, dan jasa keuangan (0,00%)
- Rekreasi, olahraga, dan budaya (↑0,16%)
- Pendidikan (0,00%)
- Penyediaan makanan dan minuman/restoran (↑0,28%)
- Perawatan pribadi dan jasa lainnya (↑0,38%)
Inflasi Jakarta masih terhitung rendah bila dibandingkan dengan kota-kota lainnya. Jakarta berada diurutan ke-78 dari 90 kota besar di Indonesia yang mengalami inflasi. Hal ini menandakan inflasi Jakarta masih di bawah rata-rata.
Sumber: https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2022/05/09/934/april-2022--inflasi-jakarta-mencetak-rekor-tertinggi-baru-selama-pandemi.html