Inflasi di Jakarta terus bergerak naik mencapai angka tertinggi sejak pandemi melanda. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya harga komoditas daging ayam ras, gas elpiji, telur ayam ras, kontrak rumah, dan cabai rawit.

Masuknya COVID-19 pada Maret 2020 menyebabkan perekonomian Jakarta terpukul. Pada periode tersebut, salah satu indikator ekonomi yaitu inflasi mengalami penurunan yang signifikan. Bahkan, Indeks Harga Konsumen (IHK) merosot tajam selama dua bulan masuknya COVID-19 hingga terjadi deflasi 0,02%. Kondisi perekonomian terus berlanjut sampai bulan Oktober 2020, dimana inflasi hanya bekisar pada 0,01% - 0,06% dan terjadi dua kali deflasi di bulan Juli dan Agustus 2020.

Pada periode November 2020 sampai Mei 2021 gejolak inflasi menjadi lebih baik. Peningkatan inflasi terjadi pada November 2020 sebesar 0,27%. Pada bulan berikutnya sampai April 2021 kembali mengalami penurunan, tetapi inflasi relatif lebih besar dibandingkan Mei - Oktober 2020. Sedangkan memasuki Mei 2021 terjadi lonjakan inflasi 0,41% akibat permintaan barang dan jasa di bulan puasa dan hari raya Idul Fitri. Hal ini menunjukan adanya pemulihan ekonomi pada periode tersebut.

Indeks Harga Konsumen (IHK) terus mengalami peningkatan hingga Januari 2022. Meskipun pada Juni, Juli, dan September 2021 mengalami deflasi, namun pada bulan-bulan berikutnya terjadi peningkatan inflasi di atas 0,4%. Bahkan Januari 2022 mencapai 0,46% atau inflasi tertinggi selama pandemik.

Berbagai faktor menyebabkan tingginya angka inflasi periode Januari 2022 salah satunya kenaikan harga bahan baku dan komoditas penunjung. Cuaca buruk, penurunan produksi, dan faktor musim turut menjadi penyebab tingginya angka inflasi Jakarta. Namun, inflasi Jakarta masih relatif ringan bila dibandingkan inflasi global saat ini.

Penetapan PPKM pada Januari 2022 tidak menyurutkan animo masyarakat dalam berbelanja. Hal ini dapat di lihat dari meningkatnya angka inflasi menjadi 0,46% dibandingkan bulan-bulan sebelumnya.

Inflasi Jakarta pada Januari 2022 di picu oleh meningkatnya harga komoditas pada kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau. Kelompok ini menyumbangkan angka inflasi sebesar 0,224%. Harga daging ayam ras, telur ayam, dan cabai rawit meningkat pada periode ini. Kelangkaan pakan ayam dan stok cabe rawit menjadi penyebab meningkatnya harga kelompok makanan tersebut.

Posisi kedua penyumbang angka inflasi Jakarta ialah perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga. Naiknya harga gas elpiji non subsidi menjadi pemicu inflasi di kelompok ini. Angka inflasi sebesar 0,066% disumbangkan kelompok ini.

Beberapa kelompok juga menyumbangkan andil dalam angka inflasi Jakarta periode Januari 2022. Kelompok pakaian dan alas kaki berada di posisi ketiga sedangkan kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga mengikuti di posisi keempat. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya; dan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran memberikan andil inflasi di bawah 0,05%.

Beberapa kelompok pengeluaran mengalami deflasi dan harga yang stabil. Deflasi terjadi pada kelompok transportasi; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan; kelompok kesehatan. Sedangkan harga pada kelompok pendidikan relatif stabil.

Berikut perkembangan indeks harga konsumen di DKI Jakarta dari Januari 2021 yang digunakan sebagai alat ukur inflasi.

 

Sumber: https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2022/02/02/931/inflasi-jakarta-masih-terus-kembali-naik-di-awal-tahun-2022.html

Alamat Kami

Dinas PPKUKM Jl. Perintis Kemerdekaan/ BGR I No.3, Jakarta Utara 14240