Harga-harga di Jakarta terpantau turun sehingga mendorong terjadinya deflasi pertama di tahun ini. Koreksi harga beberapa komoditas yang sempat naik tinggi di bulan sebelumnya memicu deflasi Jakarta 0,05 persen. Penyebab utama deflasi disinyalir lebih dikarenakan koreksi harga beberapa komoditas bahan makanan yang sempat melambung pada satu atau dua bulan sebelumnya. Kembali normalnya pasokan barang dan tingkat permintaan masyarakat membuat harga-harga yang sebelumnya naik tinggi berangsur turun.
Komoditas penyumbang utama deflasi Jakarta bulan ini adalah minyak goreng. Harga minyak goreng yang terus melambung dalam beberapa bulan terakhir mulai turun pasca pemerintah menetapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) baru yang diberlakukan per tanggal 1 Februari 2022. Harga minyak goreng terkoreksi dengan adanya deflasi 12,76 persen, setelah pada dua bulan sebelumnya terjadi inflasi berturut-turut 9,48 persen dan 0,44 persen.
Menurut kelompok pengeluaran, deflasi bersumber pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mencapai 1,15 persen. Kelompok ini memberikan andil 0,254
persen terhadap deflasi Jakarta.
Meski demikian, laju deflasi terhambat oleh naiknya harga beberapa komoditas lain. Secara umum, tingkat deflasi Jakarta cukup terkendali. Dari 53 kota observasi di Indonesia yang mengalami deflasi, Jakarta menempati peringkat ke 44 dari urutan deflasi tertinggi. Ini menunjukkan bahwa deflasi Jakarta relatif rendah dibanding kota-kota lainnya.
Secara keseluruhan, deflasi Jakarta 0,05 persen merupakan hal yang cukup baik mengingat pada bulan sebelumnya terjadi inflasi tertinggi selama pandemi. Hal ini menunjukkan harga-harga tidak terus naik, tetapi terkoreksi kembali ke level aman.
Berikut perkembangan indeks harga konsumen di DKI Jakarta dari tahun ke tahun yang digunakan sebagai alat ukur inflasi.
Sumber: https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2022/03/01/932/jakarta-alami-deflasi-perdana-di-tahun-2022.html