Pada Desember 2023, inflasi year on year (y-on-y) di DKI Jakarta tercatat sebesar 2,28 persen dengan Indeks Harga Konsumen ( IHK) sebesar 114,67. Pergerakan inflasi tahun ke tahun (y-on-y di DKI Jakarta sepanjang tahun 2023 menunjukkan tren yang menurun, hal ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya, dimana terjadi pola peningkatan inflasi. Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga sebagain besar kelompok pengeluaran, yaitu; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 6,40 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tanga sebesar 0,34 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,33 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,56 persen; kelompol transportasi sebesar 1,42 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,41 persen; dll.
Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks harga pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Dari sebelas kelompok pengeluaran, sepuluh diantaranya mengalami peningkatan indeks harga atau inflasi dan hanya satu kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks harga atau deflasi. Sepuluh kelompok tersebut yaitu kelompok makanan minuman dan tembakau (6,40 persen), perawatan pribadi dan jasa lainnya (2,84 persen), transportasi (1,42 persen), perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga (2,33 persen), penyediaan makanan dan minuman/restoran (1,84 persen), pendidikan (1,69 persen), perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga (0,34 persen), kesehatan (1,56 persen), informasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,41 persen), dan rekreasi, olahraga dan budaya (0,91 persen). Sementara kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok pakaian dan alas kaki (1,43 persen). Lebih lanjut, pada Desember 2023, terdapat komoditas yang dominan memberikan andil/ sumbangan inflasi y-on-y, namun ada pula komoditas yang justru mengalami penurunan harga sehingga meredam laju inflasi. Komoditas utama penyumbang inflasi tersebut diantaranya beras (0,274 persen), cabai merah (0,150 persen), daging ayam ras (0,133 persen), angkutan udara (0,101 persen) dan rokok kretek filter (0,097 persen). Sementara komoditas penyumbang deflasi meliputi telur ayam ras (0,034 persen), bensin (0,032 persen), sabun cair/cuci piring (0,019 persen), Air Conditioner/AC (0,012 persen), dan celana dalam pria (0,010 persen).
Sementara itu, secara nasional, inflai tertinggi terjadi di Sumenep sebesar 5,08 persen dengan IHK sebesar 120,82 dan terendah di Bandung sebesar 0,63 persen dengan IHK sebesar 116,16.
Secara bulan ke bulan (m-to-m), pergerakan inflasi selama tahun 2023 menunjukkan pergerakan yang hampir sama dengan tahun 2021 dan 2022 terutama di penghujung tahun.Tingkat Inflasi month to month Desember 2023 sebesar 0,50 persen dan tingkat inflasi year to date Desember 2023 sebesar 2,28 persen.
Pada Desember 2023, perkembangan harga berbagai komoditas secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat meningkat 2,56 poin dibandingkan Desember tahun lalu yaitu dari 112,11 pada Desember 2022 menjadi 114,67 pada Desember 2023. Peningkatan indeks harga tersebut menunjukkan adanya inflasi tahun ke tahun (y-on-y) sebesar 2,28 persen. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,33 persen. Peningkatan inflasi y-on-y sebesar 0,05 persen poin tersebut didorong oleh naiknya harga sejumlah komoditas barang dan jasa selama tahun 2023. Hal ini terlihat dari angka inflasi yang terus mendominasi sepanjang tahun 2023, sedangkan deflasi hanya terjadi satu kali yaitu pada Mei 2023.
Sumber: https://jakarta.bps.go.id/pressrelease/2024/01/02/1132/inflasi-tahunan-jakarta-sedikit-mereda-di-akhir-tahun-2023.html