Seminar Edukasi Kepada Mahasiswa, Pelajar dan UMKM Terkait Investasi Bersama BEI
Kemas M. Rumaiyar, Kepala Unit PWI 3 Divisi Pengembangan Pasar IDX menyampaikan materi Mengenal Dunia Keuangan. Bicara keuangan bukan hanya soal angka, tetapi juga menyangkut pola pikir dan psikologi individu dalam mengelola uang. Hal inilah yang menjadi fokus penyampaian materi oleh Bapak Kemas dalam acara yang berlangsung di JICC, Jakarta.
Dalam paparannya, Bapak Kemas menekankan bahwa mengatur keuangan tidak selalu membutuhkan pendidikan tinggi, melainkan kemauan dan kedisiplinan. Ia mencontohkan, ada masyarakat berpenghasilan minimum yang mampu berhaji, sementara sebagian kalangan dengan penghasilan besar justru mengalami kebangkrutan karena gaya hidup yang tidak terkontrol.
Mengelola keuangan bukan sekadar mencatat pengeluaran, tetapi juga memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. “Banyak orang jatuh pada pola pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan karena tidak mampu mengendalikan keinginan,” ujar Kemas.
Menabung saja tidak cukup karena adanya inflasi. Perlu pergeseran mindset dari sekadar menabung menjadi berinvestasi. Ia memperkenalkan konsep empat kuadran keuangan (pekerja, pengusaha, pemilik usaha, investor) serta menekankan pentingnya memahami WHY – HOW – WHAT sebelum berinvestasi.
Kemas mengingatkan masyarakat agar tidak tergiur dengan janji keuntungan besar yang tidak masuk akal. Ciri investasi bodong mudah dikenali: menjanjikan imbal hasil tidak wajar dan tidak terdaftar di OJK,” tegasnya.
Ia memberikan panduan praktis dalam pengelolaan keuangan: 40% untuk kebutuhan hidup, 20% untuk dana darurat, dan sisanya untuk investasi, tabungan, serta gaya hidup. Bagi yang ingin mulai berinvestasi, Kemas menyarankan agar memulai sesuai anggaran, bahkan dengan Rp100 ribu sudah bisa membeli saham.
Menurutnya, saham memang high risk high return, sehingga membutuhkan pengetahuan dan mental yang kuat. Ia mengingatkan agar tidak terjebak pada “saham gorengan” serta menekankan perbedaan antara investasi jangka panjang dengan trading yang cenderung spekulatif.
Bapak Kemas menegaskan bahwa investasi bukanlah permainan, melainkan sarana membangun masa depan. Disiplin mengelola keuangan, menghindari hutang konsumtif, dan memilih instrumen legal adalah kunci kesehatan finansial. Ia juga mendorong UMKM maupun masyarakat umum untuk mulai berinvestasi sejak dini sesuai kemampuan dan tujuan hidup masing-masing.
Dalam penutupannya, Bapak Kemas kembali menegaskan pentingnya menghindari investasi bodong, tidak mudah terpengaruh isu pasar tanpa analisis, memulai investasi dengan “uang dingin” agar kebutuhan pokok tetap aman. Dengan penyampaian yang lugas, materi Bapak Kemas memberikan pemahaman bahwa literasi keuangan adalah fondasi utama menuju kemandirian dan masa depan yang lebih baik.
Kepala Dinas PPKUKM Provinsi DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menyambut positif materi yang disampaikan oleh Kemas M. Rumaiyar mengenai pentingnya literasi keuangan. Menurutnya, pemahaman tentang cara mengelola keuangan dengan baik merupakan fondasi yang sangat penting, tidak hanya bagi masyarakat umum, tetapi juga khususnya bagi para pelaku UMKM.
Elisabeth menegaskan bahwa banyak UMKM yang memiliki produk unggulan dan pasar potensial, namun terkendala pada pengelolaan keuangan. Dengan literasi yang tepat, pelaku usaha dapat lebih bijak dalam memisahkan kebutuhan pribadi dan usaha, mengelola modal, hingga berani mengambil langkah investasi yang sehat.
Ia juga menekankan bahwa pesan tentang kewaspadaan terhadap investasi bodong sangat relevan bagi UMKM Jakarta. “Sering kali pelaku usaha tergiur iming-iming keuntungan besar dalam waktu cepat. Padahal, justru di situlah risiko terbesar. Edukasi seperti ini sangat penting agar UMKM bisa fokus membangun usaha dengan strategi keuangan yang berkelanjutan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ibu Elisabeth menyampaikan bahwa Pemprov DKI melalui program Jakpreneur tidak hanya memberikan pendampingan terkait produksi dan pemasaran, tetapi juga mendorong peningkatan literasi keuangan. Tujuannya agar UMKM Jakarta mampu naik kelas, mandiri secara finansial, dan lebih siap bersaing, termasuk dalam menghadapi peluang ekspor.
“Dengan disiplin keuangan, pemanfaatan instrumen investasi yang legal, serta dukungan program pemerintah, saya optimistis UMKM Jakarta dapat tumbuh lebih sehat dan menjadi motor penggerak ekonomi daerah maupun nasional,” pungkas Kepala Dinas PPKUKM Ibu Elisabeth.
Dalam paparannya, Bapak Kemas menekankan bahwa mengatur keuangan tidak selalu membutuhkan pendidikan tinggi, melainkan kemauan dan kedisiplinan. Ia mencontohkan, ada masyarakat berpenghasilan minimum yang mampu berhaji, sementara sebagian kalangan dengan penghasilan besar justru mengalami kebangkrutan karena gaya hidup yang tidak terkontrol.
Mengelola keuangan bukan sekadar mencatat pengeluaran, tetapi juga memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. “Banyak orang jatuh pada pola pengeluaran yang lebih besar daripada penghasilan karena tidak mampu mengendalikan keinginan,” ujar Kemas.
Menabung saja tidak cukup karena adanya inflasi. Perlu pergeseran mindset dari sekadar menabung menjadi berinvestasi. Ia memperkenalkan konsep empat kuadran keuangan (pekerja, pengusaha, pemilik usaha, investor) serta menekankan pentingnya memahami WHY – HOW – WHAT sebelum berinvestasi.
Kemas mengingatkan masyarakat agar tidak tergiur dengan janji keuntungan besar yang tidak masuk akal. Ciri investasi bodong mudah dikenali: menjanjikan imbal hasil tidak wajar dan tidak terdaftar di OJK,” tegasnya.
Ia memberikan panduan praktis dalam pengelolaan keuangan: 40% untuk kebutuhan hidup, 20% untuk dana darurat, dan sisanya untuk investasi, tabungan, serta gaya hidup. Bagi yang ingin mulai berinvestasi, Kemas menyarankan agar memulai sesuai anggaran, bahkan dengan Rp100 ribu sudah bisa membeli saham.
Menurutnya, saham memang high risk high return, sehingga membutuhkan pengetahuan dan mental yang kuat. Ia mengingatkan agar tidak terjebak pada “saham gorengan” serta menekankan perbedaan antara investasi jangka panjang dengan trading yang cenderung spekulatif.
Bapak Kemas menegaskan bahwa investasi bukanlah permainan, melainkan sarana membangun masa depan. Disiplin mengelola keuangan, menghindari hutang konsumtif, dan memilih instrumen legal adalah kunci kesehatan finansial. Ia juga mendorong UMKM maupun masyarakat umum untuk mulai berinvestasi sejak dini sesuai kemampuan dan tujuan hidup masing-masing.
Dalam penutupannya, Bapak Kemas kembali menegaskan pentingnya menghindari investasi bodong, tidak mudah terpengaruh isu pasar tanpa analisis, memulai investasi dengan “uang dingin” agar kebutuhan pokok tetap aman. Dengan penyampaian yang lugas, materi Bapak Kemas memberikan pemahaman bahwa literasi keuangan adalah fondasi utama menuju kemandirian dan masa depan yang lebih baik.
Kepala Dinas PPKUKM Provinsi DKI Jakarta, Elisabeth Ratu Rante Allo, menyambut positif materi yang disampaikan oleh Kemas M. Rumaiyar mengenai pentingnya literasi keuangan. Menurutnya, pemahaman tentang cara mengelola keuangan dengan baik merupakan fondasi yang sangat penting, tidak hanya bagi masyarakat umum, tetapi juga khususnya bagi para pelaku UMKM.
Elisabeth menegaskan bahwa banyak UMKM yang memiliki produk unggulan dan pasar potensial, namun terkendala pada pengelolaan keuangan. Dengan literasi yang tepat, pelaku usaha dapat lebih bijak dalam memisahkan kebutuhan pribadi dan usaha, mengelola modal, hingga berani mengambil langkah investasi yang sehat.
Ia juga menekankan bahwa pesan tentang kewaspadaan terhadap investasi bodong sangat relevan bagi UMKM Jakarta. “Sering kali pelaku usaha tergiur iming-iming keuntungan besar dalam waktu cepat. Padahal, justru di situlah risiko terbesar. Edukasi seperti ini sangat penting agar UMKM bisa fokus membangun usaha dengan strategi keuangan yang berkelanjutan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ibu Elisabeth menyampaikan bahwa Pemprov DKI melalui program Jakpreneur tidak hanya memberikan pendampingan terkait produksi dan pemasaran, tetapi juga mendorong peningkatan literasi keuangan. Tujuannya agar UMKM Jakarta mampu naik kelas, mandiri secara finansial, dan lebih siap bersaing, termasuk dalam menghadapi peluang ekspor.
“Dengan disiplin keuangan, pemanfaatan instrumen investasi yang legal, serta dukungan program pemerintah, saya optimistis UMKM Jakarta dapat tumbuh lebih sehat dan menjadi motor penggerak ekonomi daerah maupun nasional,” pungkas Kepala Dinas PPKUKM Ibu Elisabeth.
Bagikan: